RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Terlalu Birrul Walidain



Kalo membaca postingan ini, mungkin anda yang sering berkunjung, akan ndak setuju dengan postingan ini. Sejujurnya, ide untuk memposting tulisan ini setelah mendengar perkataan salah seorang teman karib bin dekat al akrabku. Diceritakan bahwa ada seorang saudara seagama kita yang diperintahkan oleh sebut saja Ustadzah Fulanah binti Fulan untuk mengikuti suatu daurah yang disebutkan atsa nama dakwah. Nah pada saat hari "H" daurah tiba-tiba saja

Orang tuanya memerintahkan untuk mengerjakan pekerjaan lain sehingga batal mengikuti daurah tersebut. Dan akibat hal inilah muncul istilah TERLALU BIRRUL WALIDAIN bukan hanya gara-gara ini akan tetapi karena memang saudara segama kita ini lebih mementingkan untuk mengikuti perintah kedua orang tuanya dibanding dengan perintah orang lain yang memang sampai saat ini belum ada perintah dari orang tuanya yang melanggar syari'at.
Istilah TERLALU BIRRUL WALIDAIN ini amat mengusik diriku. Aku merasa ini adalah suatu istilah yang sama sekali SALAH. Kenapa? mari kita lihat beberapa dalil berikut
1. Perintah Allah SWT untuk berbuat baik kepada Orang tua
- Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa' : 23-24]
- Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa' : 36]
- Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabuut (29): 8]
Pertanyaannya:Apakah masih ada istilah TERLALU BIRRUL WALIDAIN padahal ini adalah Perintah Allah

2. Hadits2 Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
- Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.
“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’(Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278), Ahmad (I/351, 409, 410, 439).
- Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2), Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-152), ia menshahihkan atas syarat Muslim dan adz-Dzahabi menyetujuinya. Syaikh al-Albani rahimahullaah mengatakan hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-Dzahabi). Lihat Shahiih Adabul Mufrad (no. 2).
- Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.
Haditsnya sebagai berikut:
" ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah, sesung-guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..”Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2272), Fathul Baari (IV/449), Muslim (no. 2743), dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma.
- diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma ketika diperintahkan oleh bapaknya (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ceraikan istrimu" [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, "Hadits Hasan Shahih"]
- Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma melihat seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka'bah dan ke mana saja 'Si Ibu' menginginkan, orang tersebut bertanya kepada, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?" Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma, "Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu" [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]
- Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dia berkata bahwa Rasulallah saw. bersabda:
“Sungguh hina, dan sungguh hina, lalu sungguh hina orang yang mendapatkan kedua orang tuanya ketika sudah tua, salah satu atau keduanya, lalu orang itu tidak dapat masuk surga.”(HR. Muslim)

Selain dalil-dalil ini, masih banyak lagi yang menggambarkan betapa BIRRUL WALIDAIN adalah amalan yang sangat besar pahalanya disisi Allah SWT. Nah masih adakah istilah TERLALU BIRRUL WALIDAIN?

satu hal yang harus kita ingat bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua lebih didahulukan dibanding Jihad Fi Sabilillah. Lalu bagaimana bandingan mengikuti printah seorang ustadzah untuk berdakwah yang dikatakan sebagai jihad yang belum tentu itu jihad dimata Allah dibandingkan dengan mengikuti perintah orang tua yang memang merupakan kewajiban seorang anak sebagai konsekwensi berbuat baik kepada Orang tua yang jelas-jelas keutamaannya dan jelas pahalanya?
Semoga kita tidak menjadi orang yang mendahulukan ego kita atas nama dakwah tetapi meninggalkan pahala dari Allah yang melimpah didepan kita untuk mengejar sesuatu yang kita anggap berpahala tapi sangat kecil. Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang giat berdakwah tetapi mengabaikan hubungan dengan kedua orang tua. Dalam istilah saya ini Dinamakan MENINGGALKAN YANG BESAR DEMI MENGEJAR YANG KECIL
Wallahu A'lam bishshawab

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 The Otherside Of Me. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy